13 Tips penting dalam public speaking.
- Nervous? Nikmatilah. Grogi terjadi karena kita serius ingin tampil baik. Tidak perlu terlalu
khawatir karena itu hal biasa. Tipsnya, yang juga diajarkan oleh Larry King,
sampaikan saja kekhawatiran itu pada pendengar. Kekhawatiran perlu disampaikan
agar secara psikologis pendengar memaklumi atau bahkan berpihak kita kita. Meski demikian, perlu
diingat bahwa kita tidak cukup mengatakan bahwa kita grogi atau ‘baru belajar’
atau ‘belum apa-apa’ karena pendengar bisa kehilangan ketertarikan dan terutama
kepercayaan. Setelah menyampaikan kekhawatiran, sampaikan juga bahwa Anda akan
melakukan yang terbaik.
- Mulai dengan Intermezzo. Intermezzo itu penting. Kalau sering melihat Jokowi pidato atau memberi materi,
dia sering menyampaikan kejadian lucu ketika dia upacara bendera pertama kali
sebagai bupati. Waktu itu dia lupa menurunkan tangannya duluan saat menghormat
sehingga pemimpin upacara tidak berani memberi aba-aba “tegak grak”. Bisa
dibayangkan apa akibatnya. Lelucon lain yang dia sampaikan adalah perihal
ajudannya yang lebih ganteng dan lebih gagah dari dirinya dan itu sering
menjadi masalah. Intermezzo ini sering juga dipakai oleh Dino Patti Djalal yang
di awal pidatonya biasa menceritakan supirnya yang lebih tampan dari dirinya
sehingga sering kali para tamu menjabat tangan sopirnya dan menyerahkan kunci
mobil kepadanya. Lepas dari cerita yang agak dilebih-lebihkan, intermezzo
seperti ini selalu berhasil mencairkan suasana.
- Menemukan kesamaan dengan audiens. Dalam pidatonya, Obama selalu memulai dengan satu cerita bahwa dia dan audiens
itu sama. Dia cerita tetang perjuangannya saat kuliah dengan pinjaman dari
pemerintah, dia cerita tentang sulitnya melunasi hutang bahkan sampai dia
menikah. Cara lain untuk menemukan kesamaan misalnya dengan bertanya “ada yang
jadi followers kita di Twitter?” sehingga para pendengar yang utamanya anak
muda akan merasa ‘satu frekuensi’ dengan kita sebagai pembicara. Kelakar ini
biasanya dilanjutkan dengan ucapan “yang bukan followers kita boleh keluar” dan
biasanya hadirin selalu tertawa dan suasana jadi cair.
- Mengatasi dilemma anak muda. Di Indonesia, menjadi muda dan pintar itu tidak mudah kadang. Orang masih
melihat penampilan untuk bisa percaya. Makanya anak muda kadang dilematis jika
harus presentasi di depan orang-orang yang lebih tua. Di satu sisi dia harus
tampil bagus sekali agar dipercaya tetapi dengan berusaha tampil baik kadang
menjadi terkesan sombong dan berlebihan. Hal ini perlu disadari anak muda,
belajar berkomunikasi dengan menyeimbangkan tujuan agar dianggap mampu dengan
tidak dituduh sombong. Memberikan pengakuan kepada beberapa orang audiens
senior adalah salah satu caranya. Aneis Baswedan sering melakukan ini ketika
diminta berpidato di depan hadirin yang bahkan adalah gurunya ketika muda. Dia
selalu memuji gurunya atau bahkan menyampaikan ketidaklayakannya meggurui
gurunya. Meski demikian, penting untuk menunjukkan kesiapan, misalnya dengan
mengatakan “kita merasa terhormat sekali bisa berbicara di depan guru-guru kita,
membawakan materi yang kita pelajari dari Ibu Bapak sekalian di masa lalu.”
- Kekuatan cerita. Gagasan besar seringkali lebih mudah diterima lewat cerita sehari-hari yang
sederhana. Ketika menyampaikan perlunya universal health care, Obama selalu
mulai dengan menceritakan kehidupan sebuah keluarga di suatu kawasan di Amerika
yang ditemuinya. Dia menegaskan betapa berat perjuangan mereka tanpa kehadiran
negara. Saat bercerita tentang betapa pentingnya menjadi bagian dari sejarah,
dia bercerita tentang seorang perempuan yang berumur di atas 100 tahun dan
telah melewati naik turunnya Amerika.
- Menggunakan animasi. Hampir semua pembaca tulisan bisa menggunakan perangkat lunak presentasi
seperti power point. Pertama, kita harus ingat bahwa gambar itu bernilai seribu
kata dan animasi itu bisa lebih dari gambar. Jika tidak bisa animasi,
setidaknya bisa memastikan tampilnya obyek presentasi secara berurutan yang
membantu alur cerita.
- Menguasai materi dengan baik. Ini nasihat standar, siapapun sudah memahaminya. Jangan tampil tanpa menguasai
materi.
- Berlatih untuk menjadi sempurna. Kita tidak pernah bisa tampil dengan baik tanpa latihan. Ada yang kadang
mengatakan “masak perlu latihan lagi, kan sudah bagus?” Dia tidak tahu,
seseorang bisa bagus, justru karena latihan.
- Memanfaatkan waktu dengan baik. Tidak ada yang lebih mengganggu dari presentasi yang melebihi waktu yang
ditetapkan, terutama ketika presentasinya juga tidak menarik. Tidak jarang ini
terjadi pada para pakar karena terlalu banyak ilmu yang dikuasai sehingga
banyak yang ingin disampaikan. Bagaimana mengatasi ini? Lakukan latihan dengan
simulasi waktu yang ketat. Jangan berhenti berlatih sebelum bisa tepat waktu.
Jangan berharap bisa tepat waktu saat tampil sebenarnya jika saat latihan saja
masih belepotan. Kalaupun hal ini bisa terjadi pada sementara orang, itu pasti
keberuntungan tingkat tinggi dan kita tidak bisa terus-terusan berharap pada
keberuntungan saja.
- Menjaga kontak mata. Komunikasi yang efektif bisa tercapai dengan kontak mata. Dalam banyak hal,
kontak mata sering membantu bahkan menggantikan komunikasi verbal. Keseriusan
mata dalam memandang dan kontak dengan audiens bisa menguatkan pesan yang ingin
disampaikan. Bagaimana kalau risih menatap mata? Tatap keningnya.
- Melakukan interaksi. Sekali waktu perlu melakukan interaksi dengan pendengar atau bahkan pembicara
sebelumnya. Hal ini bisa dilakukan dengan bertanya, atau sekedar menyebut nama
salah satu audiens. Misalnya, “di sini juga ada Pak X yang memiliki pemahaman
yang baik tentang isu ini” atau “teman-teman dari jurusan anu yang ada di
ruangan ini mungkin mengetahui perkara ini dengan lebih baik.” Jika merasa
percaya diri, bisa melakukan interaksi berupa tanya jawab. Akan baik juga jika
bisa mengaitkan materi presentasi kita dengan materi presenter sebelumnya
sambil menyampaikan pujian. Bukan kritik.
- Mengutamakan kejujuran dan kebenaran. Pidato Michelle Obama saat mendukung nominasi suaminya, Barak Obama, sebagai
presiden AS periode kedua. Michelle menyampaikan pidatonya tanpa kata-kata
sulit, tidak juga berapi-api tetapi dengan kejujuran yang begitu menyentuh.
Michelle berhasil membius pendengar, bukan dari gaya retorikanya yang membahana
tetapi karena dia mengungkap sisi kemanusiaan dari Obama. Semua itu
menghadirkan kejujuran, menunjukkan kebenaran. Pidato yang baik adalah yang
benar dan jujur meski disampaikan dengan sederhana. Kita kutip sebuah ungkapan
saat di Bali bahwa “the truth might be ugly, but easy to defend”. Kebenaran itu
kadang menyakitkan tetapi mudah untuk dipertahankan dan dibela.
- Mengakhiri dengan cara yang mengesankan. Sebuah pidato harus diakhir dengan mengesankan. Usahakan ada hal penting
sebagai penutup agar penonton merasa justru ada di puncak ketertarikan bukan di
puncak kebosanan. Maka dari itu, sebaiknya pidato tidak terlalu panjang agar
penonton tidak kehilangan ketertarikan. Selain itu, sampaikan penutup dengan
satu ucapan menggelitik, pertanyaan atau bahkan pernyataan yang mengundang
reaksi atau perenungan. Saat menyampaikan pemanfaatan power point untuk
presentasi, kita menutup dengan satu ucapan “we use power point to
make our points more powerful, not because we don’t have power neither point”.