Pertama, kalau mau menulis buku bestseller, cobalah
yakin sejak awal bahwa kita semua berpeluang dan mampu melakukan hal tersebut.
Penulis senior atau bahkan penulis pemula sekalipun, semuanya punya peluang
yang sama untuk menggebrak pasar. Kalau sudah punya keyakinan, cobalah terus
memeliharanya, lalu tambahkan dengan semangat yang sungguh-sungguh dialirkan
dalam setiap langkah penulisan nantinya.
Kedua, miliki perspektif menulis buku itu mudah, yaitu
sekadar aktivitas merangkai huruf, kata, kalimat, paragraf, dan tulisan.
Caranya, pandanglah buku itu hanya sebagai kumpulan bab atau tulisan pendek.
Sementara, bab atau tulisan pendek itu sendiri hanyalah kumpulan dari paragraf
(alinea), paragraf itu sendiri hanya kumpulan dari beberapa kalimat, kalimat
hanya kumpulan dari beberapa kata, dan kata hanyalah kumpulan dari beberapa
huruf.
Ketiga, pilih tema yang pas dengan mempelajari sejarah
sekaligus tren tema-tema buku bestseller. Menyangkut sejarah buku bestseller,
pasti akan kita temukan tema-tema betseller yang bisa berulang.
Sementara soal tren, pasti efek tarikan atas buku betseller yang
sedang bergaung. Artinya, kalau ada tema buku bestseller sedang moncer di
pasaran, tak menutup kemungkinan tema yang sama juga lagi digemari dan dicari.
Jadi, ini peluang bagi penulis-penulis lain yang tajam penciumannya atas selera
dan tren pasar.
Keempat, setelah berhasil memilih tema, buatlah outline atau
kerangka tulisan. Untuk apa? Untuk mempercepat proses penulisan dan menata
supaya tulisan tidak melebar ke mana-mana. Outline bisa dibuat
berdasarkan cara atau gaya penulisan kita. Ada yang mampu menulis dengan baik
kalau didasari olehoutline yang detail, tapi ada yang lebih efektif dengan outline sederhana.
Apa pun pilihannya, efektivitas penulisan tetap menjadi pertimbangan utama.
Makanya, bagi yang merasa bisa menulis dengan lebih baik dan cepat tanpa outline,
ya abaikan saja outline ini.
Kelima, pilih teknik penulisan buku yang paling efektif dan
efisien. Maksudnya? Pilih teknik penulisan yang paling cocok buat kita, paling
membuat kita bersemangat, paling mudah dilakukan, dan tentu saja efisien secara
waktu. Soal teknik ini menjadi krusial sifatnya bila kita sedang mengejar atau
mengikuti tren buku tertentu. Contoh, penulisan buku berbasiskan teknik
wawancara, teknik menulis cepat, dan teknik kompilasi artikel/tulisan pendek
adalah teknik yang paling cocok untuk menyasar tren buku bestseller.
Keenam, kuasai teknik menulis cepat. Teknik ini didasarkan
pada prinsip bahwa ide-ide dasar dan yang paling orisinal harus segera
dituliskan supaya tidak menguap. Yang terpenting adalah menuliskan gagasan
ketika kita sedang dalam kondisi dibanjiri oleh ide. Soal pengayaan isi dan
penyuntingan bisa dilakukan pada tahapan berikutnya. Contoh aplikasi teknik ini
adalah; sekali duduk atau menulis, selesailah satu tulisan (artikel) atau bab.
Sekali menguasai teknik menulis cepat, masalah penundaan dan kemacetan bisa
lebih mudah dihindari atau diatasi.
Ketujuh, alirkan gairah, semangat, visi, dan misi dalam
setiap tulisan kita. Salah satu rahasia keberhasilan buku-buku bestseller adalah
pada kemampuannya dalam “berbicara” atau menjalin hubungan emosional dengan
para pembacanya. Buku yang mengesankan adalah buku yang mampu memengaruhi dan
menggerakkan pembacanya dalam beragam cara.
Bagaimana caranya? Ya, selain bisa mengungkapkan
pikiran-pikiran atau ide-idenya, penulis harus mampu mentransfer antusiasme,
keyakinan, visi-visi, dan kejujurannya kepada pembaca. Kalau sudah begini,
tanpa disuruh pun akan ada banyak pembaca yang merekomendasikan buku kita
nantinya.
Kedelapan, kuasai teknik pengayaan dan penyuntingan naskah,
serta sediakan waktu yang cukup untuk mengolah naskah kita. Naskah yang ditulis
dengan cepat biasanya bolong di sana-sini. Pada tahap penyuntingan
dan pengayaan inilah kita harus bisa mengerjakan PR kita; mengecek kembali
sistematika tulisan, judul bab dan subbab, mengecek ketepatan teori dan
pendekatan, kelengkapan data maupun variasi contoh kasus, pengembangan gaya
bahasa populer, termasuk soal tata bahasa, dll. Pada tahap ini pula kita
berkesempatan untuk meneliti dan merasakan ulang apakah naskah kita sudah cukup
“berbicara” kepada calon pembaca nantinya.
Kesembilan, pilih judul yang paling pas. Bila perlu, adakan
survei dengan menyodorkan sekurang-kurangnya sepuluh nomine judul. Saya yakin,
ada beberapa judul yang benar-benar memiliki efek sugestif kepada para calon
pembacanya. Silakan pelajari daftar buku laris versi koran-koran atau majalah,
pasti mudah ditemukan judul-judul sejenis itu.
Kesepuluh, bekerjasamalah dengan editor atau penerbit.
Setelah berusaha memaksimalkan semua potensi karyanya, setiap penulis harus
bekerjasama dengan editor atau penerbit supaya potensi bestsellernaskahnya
semakin maksimal. Para editor dan penerbit berpengalaman biasanya memiliki
data, informasi, atau pengalaman dalam mengolah naskah menjadi buku bestseller.
Di sinilah peran mereka dalam men-dandani naskah kita supaya memiliki
format, tampilan, atau kemasan yang menjual. Kadang mereka membutuhkan ide-ide
orisinal kita, kadang justru kitalah yang harus berkompromi dengan strategi
mereka. Semuanya butuh kerjasama demi hasil maksimal dan menguntungkan kedua
belah pihak.