13 Tips penting dalam public speaking.


  1. Nervous? Nikmatilah. Grogi terjadi karena kita serius ingin tampil baik. Tidak perlu terlalu khawatir karena itu hal biasa. Tipsnya, yang juga diajarkan oleh Larry King, sampaikan saja kekhawatiran itu pada pendengar. Kekhawatiran perlu disampaikan agar secara psikologis pendengar memaklumi atau bahkan berpihak kita kita. Meski demikian, perlu diingat bahwa kita tidak cukup mengatakan bahwa kita grogi atau ‘baru belajar’ atau ‘belum apa-apa’ karena pendengar bisa kehilangan ketertarikan dan terutama kepercayaan. Setelah menyampaikan kekhawatiran, sampaikan juga bahwa Anda akan melakukan yang terbaik.
  2. Mulai dengan Intermezzo. Intermezzo itu penting. Kalau sering melihat Jokowi pidato atau memberi materi, dia sering menyampaikan kejadian lucu ketika dia upacara bendera pertama kali sebagai bupati. Waktu itu dia lupa menurunkan tangannya duluan saat menghormat sehingga pemimpin upacara tidak berani memberi aba-aba “tegak grak”. Bisa dibayangkan apa akibatnya. Lelucon lain yang dia sampaikan adalah perihal ajudannya yang lebih ganteng dan lebih gagah dari dirinya dan itu sering menjadi masalah. Intermezzo ini sering juga dipakai oleh Dino Patti Djalal yang di awal pidatonya biasa menceritakan supirnya yang lebih tampan dari dirinya sehingga sering kali para tamu menjabat tangan sopirnya dan menyerahkan kunci mobil kepadanya. Lepas dari cerita yang agak dilebih-lebihkan, intermezzo seperti ini selalu berhasil mencairkan suasana.
  3. Menemukan kesamaan dengan audiens. Dalam pidatonya, Obama selalu memulai dengan satu cerita bahwa dia dan audiens itu sama. Dia cerita tetang perjuangannya saat kuliah dengan pinjaman dari pemerintah, dia cerita tentang sulitnya melunasi hutang bahkan sampai dia menikah. Cara lain untuk menemukan kesamaan misalnya dengan bertanya “ada yang jadi followers kita di Twitter?” sehingga para pendengar yang utamanya anak muda akan merasa ‘satu frekuensi’ dengan kita sebagai pembicara. Kelakar ini biasanya dilanjutkan dengan ucapan “yang bukan followers kita boleh keluar” dan biasanya hadirin selalu tertawa dan suasana jadi cair.
  4. Mengatasi dilemma anak mudaDi Indonesia, menjadi muda dan pintar itu tidak mudah kadang. Orang masih melihat penampilan untuk bisa percaya. Makanya anak muda kadang dilematis jika harus presentasi di depan orang-orang yang lebih tua. Di satu sisi dia harus tampil bagus sekali agar dipercaya tetapi dengan berusaha tampil baik kadang menjadi terkesan sombong dan berlebihan. Hal ini perlu disadari anak muda, belajar berkomunikasi dengan menyeimbangkan tujuan agar dianggap mampu dengan tidak dituduh sombong. Memberikan pengakuan kepada beberapa orang audiens senior adalah salah satu caranya. Aneis Baswedan sering melakukan ini ketika diminta berpidato di depan hadirin yang bahkan adalah gurunya ketika muda. Dia selalu memuji gurunya atau bahkan menyampaikan ketidaklayakannya meggurui gurunya. Meski demikian, penting untuk menunjukkan kesiapan, misalnya dengan mengatakan “kita merasa terhormat sekali bisa berbicara di depan guru-guru kita, membawakan materi yang kita pelajari dari Ibu Bapak sekalian di masa lalu.”
  5. Kekuatan ceritaGagasan besar seringkali lebih mudah diterima lewat cerita sehari-hari yang sederhana. Ketika menyampaikan perlunya universal health care, Obama selalu mulai dengan menceritakan kehidupan sebuah keluarga di suatu kawasan di Amerika yang ditemuinya. Dia menegaskan betapa berat perjuangan mereka tanpa kehadiran negara. Saat bercerita tentang betapa pentingnya menjadi bagian dari sejarah, dia bercerita tentang seorang perempuan yang berumur di atas 100 tahun dan telah melewati naik turunnya Amerika.
  6. Menggunakan animasiHampir semua pembaca tulisan bisa menggunakan perangkat lunak presentasi seperti power point. Pertama, kita harus ingat bahwa gambar itu bernilai seribu kata dan animasi itu bisa lebih dari gambar. Jika tidak bisa animasi, setidaknya bisa memastikan tampilnya obyek presentasi secara berurutan yang membantu alur cerita.
  7. Menguasai materi dengan baik. Ini nasihat standar, siapapun sudah memahaminya. Jangan tampil tanpa menguasai materi.
  8. Berlatih untuk menjadi sempurna. Kita tidak pernah bisa tampil dengan baik tanpa latihan. Ada yang kadang mengatakan “masak perlu latihan lagi, kan sudah bagus?” Dia tidak tahu, seseorang bisa bagus, justru karena latihan.
  9. Memanfaatkan waktu dengan baikTidak ada yang lebih mengganggu dari presentasi yang melebihi waktu yang ditetapkan, terutama ketika presentasinya juga tidak menarik. Tidak jarang ini terjadi pada para pakar karena terlalu banyak ilmu yang dikuasai sehingga banyak yang ingin disampaikan. Bagaimana mengatasi ini? Lakukan latihan dengan simulasi waktu yang ketat. Jangan berhenti berlatih sebelum bisa tepat waktu. Jangan berharap bisa tepat waktu saat tampil sebenarnya jika saat latihan saja masih belepotan. Kalaupun hal ini bisa terjadi pada sementara orang, itu pasti keberuntungan tingkat tinggi dan kita tidak bisa terus-terusan berharap pada keberuntungan saja.
  10. Menjaga kontak mataKomunikasi yang efektif bisa tercapai dengan kontak mata. Dalam banyak hal, kontak mata sering membantu bahkan menggantikan komunikasi verbal. Keseriusan mata dalam memandang dan kontak dengan audiens bisa menguatkan pesan yang ingin disampaikan. Bagaimana kalau risih menatap mata? Tatap keningnya.
  11. Melakukan interaksiSekali waktu perlu melakukan interaksi dengan pendengar atau bahkan pembicara sebelumnya. Hal ini bisa dilakukan dengan bertanya, atau sekedar menyebut nama salah satu audiens. Misalnya, “di sini juga ada Pak X yang memiliki pemahaman yang baik tentang isu ini” atau “teman-teman dari jurusan anu yang ada di ruangan ini mungkin mengetahui perkara ini dengan lebih baik.” Jika merasa percaya diri, bisa melakukan interaksi berupa tanya jawab. Akan baik juga jika bisa mengaitkan materi presentasi kita dengan materi presenter sebelumnya sambil menyampaikan pujian. Bukan kritik.
  12. Mengutamakan kejujuran dan kebenaran. Pidato Michelle Obama saat mendukung nominasi suaminya, Barak Obama, sebagai presiden AS periode kedua. Michelle menyampaikan pidatonya tanpa kata-kata sulit, tidak juga berapi-api tetapi dengan kejujuran yang begitu menyentuh. Michelle berhasil membius pendengar, bukan dari gaya retorikanya yang membahana tetapi karena dia mengungkap sisi kemanusiaan dari Obama. Semua itu menghadirkan kejujuran, menunjukkan kebenaran. Pidato yang baik adalah yang benar dan jujur meski disampaikan dengan sederhana. Kita kutip sebuah ungkapan saat di Bali bahwa “the truth might be ugly, but easy to defend”. Kebenaran itu kadang menyakitkan tetapi mudah untuk dipertahankan dan dibela.
  13. Mengakhiri dengan cara yang mengesankanSebuah pidato harus diakhir dengan mengesankan. Usahakan ada hal penting sebagai penutup agar penonton merasa justru ada di puncak ketertarikan bukan di puncak kebosanan. Maka dari itu, sebaiknya pidato tidak terlalu panjang agar penonton tidak kehilangan ketertarikan. Selain itu, sampaikan penutup dengan satu ucapan menggelitik, pertanyaan atau bahkan pernyataan yang mengundang reaksi atau perenungan. Saat menyampaikan pemanfaatan power point untuk presentasi, kita menutup dengan satu ucapan “we use power point to make our points more powerful, not because we don’t have power neither point”.